Kisah Mistis Dibalik
Tarian Bedhaya Ketawang
Indonesia menjadi
negara dengan ratusan budaya yang semuanya mempunyai makna tersendiri. Sebagai
negeri multikultural Indonesia terkenal akan sikap toleransi sekaligus ramah.
Hal ini bisa tercermin dari sirat keagungan melalui tarian tradisional yang
sampai sekarang masih dilestarikan. Bedhaya Ketawang termasuk salah satu
tarian khas Surakarta dengan tingkat religius serta sarat akan aura
mistis.
Tarian tersebut
berasal dari kata Bedhaya yang berarti penari wanita di istana. Sedangkan
Ketawang mempunyai makna tinggi, kemulian, serta keluhuran. Bedhaya Ketawang
termasuk tari sakral yang hanya dilakukan di acara besar istana. Bahkan setiap
penari yang ingin terlibat harus memenuhi syarat tertentu.
Tari Bedhaya
Ketawang sendiri bukan hanya hiburan. Melainkan bentuk perwujudan dari
semua persembahan yang ditunjukan pada para petinggi. Kondisi ini terkiat oleh
isi dari tarian yang mengambarkan kisah percintaan Kadjeng Ratu Kidul dengan
Raja Mataram. Tepat, Ratu Kidul sendiri bukan sosok baru dalam ranah mistis
Tanah Air.
Bahkan saking melekat
masyarakat masih merasa ngeri akan semua akan semua poin mengenainya. Aura
mistis juga sangat terasa di Tari Bedhaya Ketawang. Bukan hanya terpengaruh
oleh alur tarian. Namun, tembang pengiring tarian juga tak lepas dari kisah
horor sang Ratu Kidul. Semua aturan dibalik tari ini juga mengundang aroma
mistis yang begitu kental.
Syarat Wajib Para
Penari
Menurut beberapa
sumber dinyatakan bahwa setiap kali Tarian Bedhaya Ketawang ditampilkan.
Ratu Kidul akan hadir mengisi formasi kesepuluh. Namun, hanya orang-orang
dengan kemampuan tertentu yang bisa melihatnya. Kepercayaan masyarakat yang
begitu besar membuat aura mistik terasa dalam tiap bagian. Bahkan kesembilan
penari harus memenuhi syarat khsusus sebelum tarian ditampilkan. Berikut
beberapa ketentuan yang harus dipenuhi:
- Tari Bedhaya Ketawang harus berisi 9 penari perempuan yang semuanya
masih perawan.
- Setiap penari tidak boleh dalam keadaan haid. Ketika masih berada
dimasa meanstruasi. Maka mereka harus melakukan ritual caos dhahar di
atas panggung. Hal ini dilakukan dilakukan sebagai perwujudan izin pada
Ratu Kidul.
- Suci secara batiniah
terwujud dalam puasa beberapa hari sebelum pagelaran dilaksanakan. Kondisi
tersebut karena kepercayaan bahwa Kadjeng Ratu Kidul bakal menghampiri penari
yang masih mengalami kesalahan pada saat latihan berlangsung.
Semua syarat
menunjukan bagaimana Tari Bedhaya Ketawang masih sangat kental dengan
ritual gaib. Tidak ada alasan untuk para penari pelanggar syarat yang telah
ditentukan. Sebab, sosok Ratu Kidul sendiri begitu melekat di benak masyarakat
Indonesia, terutama Surakarta. Sedangkan untuk custom menggunakan basahan atau
pakaian pengantin perempuan di adat Jawa. Hijau menjadi warna dominasi dalam
pakaian. Mengingat semua rangkaian tarian berkisah mengenai Kadheng Ratu Kidul
yang identik dengan hijau.
Tarian Bedhaya
Ketawang sendiri mempunyai durasi satu setengah jam dan dibagi menjadi tiga
babak. Ia akan ditampilkan dalam upacara kenaikan tahta raja. Pada dasarnya
tarian tersebut dipercaya membuat penari untuk lebih dekat kepada Tuhan. Poin
ini terwujud dalam tiap ritual yang dilakukan. Fakta tersebutlah yang kian
membuat tarian itu bukan urusan remeh. Melainkan mengait antar keimanan serta
kedekatan secara religius.
Meskipun terkesan
penuh nuansa mistik tidak bisa dimungkiri bahwa Bedhaya Ketawang termasuk salah
satu kekayaan budaya Indonesia yang mesti dilestarikan. Apalagi di era sekarang
dimana semua tarian beralur hiphop serta jauh dari unsur tradisional.
Bagaimanapun Tanah Air harus kuat dengan budaya yang dimiliki.
Thanks for reading Cerita Dibalik Tarian Bedhaya Ketawang